kutulis puisi bait demi bait
untuk suami tercinta
yang selalu di hati
Kau tahu, sebelum terbit fajar
dan matamu masih terlelap
terkadang aku berpikir
tentang apa dan hal apa yang kau suka
dan tak kau suka
seberusaha menghindari yang tak disuka
dan mendekati suka
kamu suka makan ini, sedang anak kita tidak suka
lalu, aku masak keduanya
Pagi sekali,
Aku menawar-nawar ke sang penjual
agar uang yang kubawa cukup
lalu recehan ku simpan dalam kencleng
siang aku meninabobokannya
dan mendoakan keberkahan untuk kita
mendoakan rezeki mengalir untukmu
karir, rezeki, kesehatan, juga keberuntungan
sore memandikannya
memberi ia makan
terkadang harus lari-lari kesana kemari
merajuk agar lahap makan
saat itu pula
aku memikirkan menu makan apa yang
harus dihidangkan saat kau pulang kerja
Magrib, saat kou pulang
Kusiapkan baju pengganti untukmu
Kuajarkan anak kita untuk menyambut penuh
Mengucap salam
Ada sedikit lega saat itu,
Aku ingin menghela napas sejenak.
Lalu, anak kita lincah berlari-lari
Kumatikan ponsel saat itu
Kita pun menemaninya
Maafkan aku, suamiku
lantaran
terkadang aku melupa
mengoles lipstik merah
pun sekedar menggantungkan celemek
Maafkan aku, suamiku
lantaran
aku terlelap tak disengaja
di saat mengelon anak kita
Suamiku, kudoakan kebaikan untukmu
Agar kau selalu menjadi yang terbaik
dimanapun berada
Dan deras rezeki mengalir ditiap langkahmu.
Kutitipkan rasa cinta abadi ini
untuk kita rawat bersama
(Yunita Indriani, Bandung September 2018)